Jangan dikira sebaran kabar menjadi agresif hanya hari-hari ini saja. Sejak jaman dahulu, kabar selalu punya caranya sendiri untuk bisa didengar oleh orang-orang. Entah itu lewat angin, air, tanah, api, daun, bahkan dinding.
Dan sejak dulu pula, kabar bukan hanya sekedar informasi. Dia bisa berubah menjadi kabar burung (isu), kabar bohong (hoax), kabar angin (isu tidak penting untuk pengalihan), bahkan kabar kabur (desas-desus untuk membuat resah). Tergantung orang macam apa yang menyebarkan. Tergantung untuk tujuan apa disebarkan.
Yang paling mengesalkan sekaligus membahayakan adalah jika kabar tersebut sengaja dibuat untuk cuci otak. Atau lebih ngetrend disebut Propaganda. Kabar jenis ini sengaja dirancang, lalu diciptakan, lalu disebarkan secara sistematis, diulang-ulang, teruuuuus menerus, sehingga pendengarnya menjadi percaya dengan kabar bikinan tersebut, lalu menjadikannya sebagai pedoman hidup, serta pathokan dalam bersikap.
Makanya guys, hati-hati ya dalam menerima kabar. Dimamah dulu, jangan langsung ditelan mentah-mentah komplit dengan kulit, duri, biji, dan kotorannya.
Nah, dengan memakai apa saja kah kabar disebarkan? Simak yang berikut ini ya..
# Pakai Mulut para Wanita
Wanita selalu punya banyak meting point alias tempat berkumpul. Entahlah yang kumpulan PKK, Arisan, Grup Wali Murid, Kelompok Pengajian, Hajatan, Pasar, juga Mamang sayur engkrekan keliling. Bahkan jika dia tidak dalam keadaan bisa menghadiri semua itu, dia masih bisa main ke tempat tetangganya dengan dalih "kehabisan bumbu dapur".Banyak kumpul artinya banyak informasi yang didapat. Dan tentu saja,, banyak informasi yang bisa disebar ulang. Dengan jangkauan yang lebih luas. Dengan taburan MSG agar lebih memikat.
Karena itulah berita fitnah perselingkuhan Aisyah istri Rasulullah bisa meledak dalam waktu kurang dari semalam. Padahal waktu itu belum ada SMS, WA, FB, Twitter, dan lain-lain. Karena itu jugalah kasus Zulaikha naksir Yusuf bin Yaqub heboh di kalangan sosialita Mesir meskipun skandal tersebut sudah berusaha ditutup serapat mungkin.
Dan tentu saja disebabkan potensi serupa, Teman Ah*k lebih banyak dari kalangan ibu-ibu ketimbang om-om. Karena tidak seperti FB dan Twiter, daya jangkau mulut wanita jauh lebih detil. Mereka bisa bergerilya dari satu rumah ke rumah yang lain. Memikat massa dengan bahasa yang manis, diulang-ulang, lagi sistematis.
# Pakai agen di warung-warung kopi
Dalam novel Sam Po Kong garapan Remy Sylado, Menteri keuangan Dinasti Ming -Menteri Liu- menyewa serombongan orang untuk dijadikan agen di kedai-kedai, warung makan, serta rumah bordil, di seluruh penjuru kota, untuk berpura-pura menjadi pelanggan supel yang suka mentraktir, yang kemudian menyebarkan berita sesuai pesanan. Kalau di Indoensia Raya, para agen ini banyak beroperasi di warung-warung kopi di terminal, pasar, dan stasiun. Juga di warteg-warteg di daerah pertokoan.Metode ini efktif untuk menyebarkan isu di kalangan para pria pekerja. Biasanya untuk memicu revolusi. Bisa juga untuk mendorong pemberontakan atau demo besar-besaran. Atau, untuk mengumpulkan suara dalam suatu pemilu.
Dulu penjajah Belanda juga pernah menggunakan metode ini untuk memecah-belah Tanah Rencong. Dengan agen yang disebar di warung-warung di seluruh penjuru Aceh, mereka memunculkan isu "Islam Nusantara". Bahwa kaum Padri berusaha menghilangankan budaya Aceh dengan penerapan Islam yang terlalu Arab. Dan bahwa kaum Adat adalah kaum bodoh nan kolot yang banyak melakukan dosa dan maksiat, serta terlalu memuja tradisi nenek moyang.
Christian Snouck Hurgronje Agen Belanda yang pura-pura masuk Islam untuk mencari strategi Penghancuran Aceh. |
Isu yang mereka rancang tersebut terus diangkat sebagai topik utama di setiap obrolan. Diulang-ulang. Ditambah-tambahi. Dipoles sana-sini. Membuat kedua belah pihak yang tadinya adem-ayem menjadi gerah. Lalu berlanjut menjadi saling tidak menyukai. Lama-lama menjadi saling memusuhi. Puncaknya, Perang Padri-pun pecah. Aceh berdarah. Belanda bahagia. Karena akhirnya setelah lebih dari 200 tahun menanti, Belanda berhasil juga menduduki Aceh,, tempat transit strategis jalur pelayaran internasional.
# Pakai Jargon
Para pembuat Jargon bisa mengubah kalimat jahat lagi sesat terdengar sebagai petunjuk jalan yang lurus. Mereka sangat pintar memilih dan menyusun frasa. Juga sangat pintar membuatnya ear catching serta mudah diingat. Jargon yang ampuh bisa masuk ke dalam aliran darah orang-orang tanpa mereka sadari.
Beberapa Jargon disebar dalam bentuk poster dan selebaran-selebaran. Beberapa lagi disebar dengan metode yang sangat konvensional,, dari mulut ke mulut. Tujuannya sama,, menanamkan ide di benak masyarakat sehingga mereka mau melakukan, atau tidak mau melakukan sesuatu.
// Maksud sebenarnya poster ini: Ngga perlu pikirin badan yang bakal sakit dan duit yang makin dikit,, Go Ahead ngerokok aja!
// Selebgram Aw*arin yang memopulerkan Jargon ini nampaknya lupa bahwa dulu nenek moyangnya sengsara dijajah oleh Belanda yang nakal tapi engga Go*lok.
Contoh jargon sesat dari mulut ke mulut:
"Mending sedekah sedikit tapi ikhlas".
Tentu saja harusnya: Mending sedekah banyak dan ikhlas.
"Mending dijajah Inggris (karena akan lebih makmur) ketimbang dijajah Belanda".
Tentu saja harusnya: Mending MERDEKA atau MATI !!!
"Mending Pemimpin Ka*ir......"
🙊🙊🙊🙊🙊🙊
# Pakai Cerita
Cerita, dongeng, kisah, selalu lebih disukai daripada berita. Apalagi dengan tokoh yang memikat, alur yang mendebarkan, serta ending yang menyentuh hati. Karena itu, cerita juga sering dijadikan alat untuk menyebarkan kabar, ide, dan gagasan. Iya,, bisa untuk mencuci otak juga.Kisah romantis-tragis Roro Jonggrang-Bandung Bondowoso membuat kita lupa bahwa Candi Prambanan yang megah lagi artistik itu sebenarnya dibangun oleh tangan-tangan terampil nenek moyang kita,, dan bukannya oleh Jin ataupun Dedemit.
Dicekoki cerita mistis selama beratus-ratus tahun sejak jaman penjajahan membuat kita percaya bahwa kita adalah bangsa yang tertinggal, bodoh, dan butuh dibantu oleh bangsa lain. Padahal kalau kita mau cermat menggali peninggalan-peninggalan nenek moyang kita, sungguh kita akan menemukan bahwa nenek moyang kita adalah orang-orang mandiri yang hebat.
Ada Samudra Pasai dengan kapal perang dan kapal dagangnya yang canggih lagi megah. Ada Majapahit dengan armada lautnya yang efisien serta kemampuan navigasinya yang super cerdas, sehingga mampu melobi pulau-pulau se-Nusantara. Ada Borobudur dengan batu-batunya yang berkualitas tinggi, diukir dengan sangat teliti, serta disusun tanpa perekat (pasti butuh manusia Jenius -dan bukannya hantu- untuk merancang ini). Dan masih ada buanyak bukti peninggalan hebat lainnya.
Ukiran Bahtera pada Candi Borobudur |
Dedemit mana yang selo atine membuat bangunan semegah ini? |
Saya kok yakin (tapi saya akan dianggap gila) ada upaya yang dilakukan dengan sengaja secara rapi dan sistematis selama beratus-ratus tahun oleh "sekelompok orang" untuk menghilangkan warisan asli Indonesia. Bukankah agak aneh bangsa kita di-cap memiliki presentase buta huruf yang tinggi (hingga tahun 90-an) padahal sejak ratusan tahun yang lalu telah ada banyak Kitab karangan para Mpu, juga ratusan Babad, serta Hikayat?
Nah kan,, saya pasti terdengar sangat sinting!
“Jika ingin menghancurkan sebuah bangsa dan peradaban, hancurkan buku-bukunya; maka pastilah bangsa itu akan musnah.”
Saya jadi ingat perkataan salah satu Dosen saya tentang cerita mistis Nyi Roro Kidul. Berkat cerita tahayul karangan Belanda tersebut (kata Dosen saya lho ya), bangsa kita yang tadinya adalah turunan pelaut-pelaut yang ditakuti, jadi takut melaut. Jangankan membangun kembali armada kapal ikan dan kapal dagang yang massive lagi berteknologi tinggi, main ombak di Laut Kidul saja sudah pada tidak berani. Hehehe..
Pemuda BERANI bangkit sekarang. Ke LAUT kita beramai-ramai. |
Ng,, bersambung ya...
Sebaran Kabar Bagian Dua
Ditulis oleh: eRlinDa
No comments:
Post a Comment