Ada yang spesial dari biografi Kartini kalau kita mau mencermatinya. Kartini menikah di umur 24 tahun. Padahal saat itu baru awal abad ke-19,, saat di mana para Gadis Jawa sudah dibilang perawan tua jika masih jomblo di umur 18 tahun.
Sangat mudah tentu saja bagi sang Bapak untuk memaksa Kartini menikah layaknya gadis-gadis lain. Demi agar tidak jadi gunjingan semua orang. Demi menjaga kehormatan status Priyayi yang mereka sandang. Tapi ternyata tidak. Sang Bapak tidak memaksakan kehendak. Meskipun pastinya cukup mengesalkan (di jaman itu lho ya), sang Bapak tetap ngopeni dan ngemong Kartini, hingga akhirnya Kartini legowo untuk menerima pinangan.
Dan ya, tentu saja sang Bapak sangat layak mendapatkan pujian atas segala yang diraih Kartini. Kartini tidak mungkin bisa sekolah -di sekolah Eropa pula!- kalau bukan karena ijin, gelar bangsawan, serta biaya dari Bapaknya. Tanpa itu, Kartini tidak mungkin mahir berbahasa belanda, punya teman dekat orang-orang belanda, serta saling kirim surat dengan mereka. Dan tentu saja, tanpa peristiwa kirim surat tidak akan ada "Habis gelap, terbitlah terang".
Tanpa "Habis gelap, terbitlah terang", Kartini tidak akan pernah mendapat gelar Pahlawan Nasional. Hari ini tidak akan pernah menjadi hari Kartini. Tulisan ini tidak akan pernah terjadi.
Hahaha, kok jadi berlebihan amat!
Well,, dalam rangka menghormati jasa Bapaknya Kartini yang hampir tidak pernah disebut dalam seminar-seminar, ijinkan saya menguraikan gagasan tidak penting saya. Tentang ikatan unik antara seorang Bapak dan putrinya. Silahkan disimak..
Jadi girls,, Bapakmu itu....
Tentu saja tidak secerewet ibumu.
Yang selalu mengiyakan permintaanmu.
Yang selalu berusaha menyenangkanmu.
Tidak mempermasalahkan keusilanmu.
Bahkan kadang mengimbangi kegilaanmu.
Dia mengajarimu banyak hal.
Diakhiri dengan kecupan. |
Mendukung hobimu meskipun orang-orang menentang.
Meyakinkanmu bahwa kamu berharga.
Menerima kesintinganmu.
Selalu berusaha mengamankanmu dari segala macam ancaman.
Indeed,, stay clear boys!! |
Alih-alih mengomelimu panjang lebar karena kamu keluyuran hingga pagi buta, dia memastikan bahwa kamu baik-baik saja.
Yang, betapapun kamu menyangkalnya, adalah cinta pertamamu.
Yang kalaupun kamu pikir kamu sangat membencinya, itu (sesungguhnya) karena kamu kelewat cinta padanya.
Bapak kamu tidak sempurna tentu saja. Dia kadang ngeselin dan bikin sakit hati.
Tapi kamu putrinya. Hal paling sensitif dalam hidupnya.
Yang selalu dia usahakan untuk dia penuhi kebutuhannya.
Yang selalu dia perjuangkan dalam diam.
Yang membuatnya terluka ketika kamu bukan lagi gadis kecilnya.
Yang tetap akan selalu dia khawatirkan meskipun kamu bukan lagi miliknya.
Ekspresi pedih seorang Bapak saat melepas anak gadisnya. |
Happy Kartini's Day girls!
Keep calm and praise your Bapak.
Ditulis oleh: eRlinDa
No comments:
Post a Comment